Nongkrong di Warung Kopi

Kalau pejabat atau pengusaha bilang "semua bisa selesai di lapangan golf" masayarakat Aceh akan "bilang semua bisa selesai di warung kopi"

"kayak mana ya, kopi tuh Spirit buat orang Aceh" sahabat ku Mumun berseloroh tentang makna kopi. Sejak jaman nenek moyang orang Aceh, kopi dipercaya sebagai minuman pemulai hari, soft drink ditengah-tengah bekerja, dan teman santai di sore hari bahkan suguhan untuk menemani kumpul-kumpul dengan teman saat malam. Kapan pun adalah waktu yang pas buat ngopi.

Tanaman Kopi memang ada di setiap penjuru Propinsi Aceh, bahkan Kopi Takengon konon sudah di ekspor ke beberapa negara. Tapi uniknya, yang paling terkenal disini adalah Kopi Ule Kareeng, padahal menurut Mumun (narsum satu-satunya malam ini), tidak ada satu pun tanaman kopi di Ule Kareeng (entah benar atau sang Narsum agak lebay, saya kurang tahu juga). lalu dari mana penamaan Ulee Kareng pada bungkus-bungkus kopi Aceh? Rupanya, (lagi-lagi menurut Mumun), Ulee Kareng adalah tempat pengolahan kopi. biji-biji kopi terbaik dari seluruh Aceh dikirim ke sana untuk kemudian dijadikan bubuk kopi siap minum.

ERA BARU WARUNG KOPI

Kedai-kedai kopi sederhana memang sudah ada sejak dulu, beratapkan tenda dan meja-kursi kayu. dari pagi sampai tengah malam, silih berganti orang datang. Saya teringat, sahabat saya (bukan si narsum tunggal) pernah bercerita bahwa orang Aceh tidak suka baca koran tapi suka ngobrol, suka bercerita, jadi satu orang yang baca koran lalu yang lain hanya minta diceritakan, yang bercerita pun bersemangat dan tentunya sudah ditambahi bumbu-bumbu penyedap yang membuat cerita lebih dramatis dari yang diberitakan di koran. bahkan budaya mendongeng seperti yang dilakukan PM Toh, kata Mumun (lagi-lagi) namanya adalah seni Hikayat, masih digemari sampai sekarang. Mungkin inilah yang membuat orang Aceh betah berlama-lama di warung kopi. Ngobrol dan berbincang.

Berlama-lama di warung kopi bukan tak ada efek negatifnya. Pemerintah Aceh, sudah seperti kehabisan akal menegur dan memberi sanksi pada PNS Aceh yang meninggalkan jam kantor untuk ngopi. Kalau berlama-lama menyelesaikan masalah di warung kopi malah bisa bikin masalah baru.

Pasca bencana Tsunami, warung-warung kopi menjadi salah satu tempat favorite para relawan dan staff NGO baik lokal maupun international untuk rehat. mungkin setelah tsunami, perekonomian yang pulih pertama adalah perekonomian warung kopi.

setelah itu muncullah Dapu Kupi, kedai kopi modern pertama di Aceh, sudah di lengkapi akses Wi-Fi dan sofa empuk, semakin membuat pengunjung berlama-lama di warung Kopi, melihat kesuksesan Dapu Kupi, mulailah bermunculan kedai-kedai kopi sejenis, bahkan ada yang memfasilitasi dengan Karaokee. Minum Kopi dengan ditemani teknologi merupakan Era baru yang menggantikan budaya ngobrol ini. pengunjung cukup datang dengan laptop lalu bisa berlama-lama tanpa bersuara. Tapi ada satu warung kopi yang tetap menjaga tradisi, Solong, kedai kopi tertua di Aceh. Tanpa akses wi-fi tapi tetap ramai dikunjungi, karena kenikmatan kopinya yang tiada tara.

Namun, warung kopi tradisional atau pun modern, cara membuat kopinya tetap sama, harus menggunakan saringan agar aroma kopi menyengat dan menggugah selera. terakhir Mumun bilang "Kopi tuh kak, macam jimat sajalah buat orang Aceh" dengan logat Aceh yang khas.

--------------
terima kasih buat sang Narsum Tunggal.







Komentar

Postingan Populer